NAMA
Drs H Budiono Marihan MSi sangat familier di kalangan guru dan kepala
sekolah, tidak hanya di Palembang tetapi juga di Sumatera Selatan bahkan
nasional. Ia sosok guru teladan sekaligus kepala sekolah berprestasi
dengan segudang penghargaan. Namun siapa sangka, cita-cita awalnya ia
ingin menjadi diplomat ulung, seperti H Adam Malik saat menjabat Menteri
Luar Negeri (Menlu) RI dan mantan Menlu AS Henry Alfred Kissinger.
Tahun 1982, ayah tiga anak ini diterima di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Lantaran faktor ekonomi karena orangtua hanya seorang guru yang identik dengan gaji kecil, keinginan menjadi diplomat itu kandas. Budiono tidak kecil hati, ia tetap melanjutkan pendidikannya dengan masuk ke Diploma I Universitas Sriwijaya untuk program guru. Kendati gagal jadi Diplomat, namun Budiono masih bisa keliling dunia, sepertinya halnya seorang diplomat. Lantas, bagaimana kiat sukses Budiono meniti karir dari nol sebagai guru honorer dan kini menjadi guru yang sukses di bidangnya? Berikut wawancara dengan wartawan Sripo, Muhammad Husin pada edisi minggu ini.
Sripo : Apa betul, menjadi guru itu merupakan cita-cita sejak kecil. Karena dari sumber dan biodata tentang Anda, disebutkan ada keinginan ingin menjadi seorang diplomat sampai-sampai mengidolakan H Adam Malik, Henry Alfred Kissinger, Ir Soekarno, Muhammad Hatta dan Prof Dr Ing HJ Habibie? Budiono : Betul, cita-cita utama saya ingin jadi diplomat karena ingin melihat dunia, komunikasi dengan seluruh bangsa sehingga kita bagian dari dunia.
Jujur, keinginan ini muncul begitu saya melihat sosok H Adam Malik sebagai diplomat ulung Indonesia dan Menteri Luar Negeri Amerika Henry Alfred Kissinger di 1970-an. Waktu itu usia saya delapan tahun dan saya suka baca koran. Saking kuat ingin jadi diplomat, saya belajar dengan tekun.
Lumayan mulai dari SD sampai SMA, saya juara kelas dan sudah diterima di UGM Fakultas FISIP yang menjadi jalan untuk menjadi diplomat. Namun karena faktor ekonomi keluarga waktu itu, saya tidak bisa ke UGM. Dari pada tidak kuliah, saya ambil diploma guru di Unsri karena saat itu ada ikatan dinas. Sejak itu, kandas jadi diplomat dan beralih menjadi guru. Memang berat jagi guru karena memang bukan cita-cita awal, apalagi kesannya penerus profesi kedua orang tua yang guru juga. Namun setelah ditekuni, lama-kelamaan ternyata nkmat jadi guru. Betapa tidak, setiap hari bertemu dengan bermacam-macam prilaku anak. Ada yang pintar, ada yang terbatas kepintarannya. Ada juga yang baik, tetapi disisi lain ada juga anak yang nakal dan bandel. Dengan aneka perangai itu, timbul rasa sayang dan suka kepada anak-anak sebagai sosok manusia yang unik dan memiliki potensi untuk dikembangkan dan diarahkan. Bahkan, kalau saya tidak masuk sekolah, ada sesuatu yang hilang dan timbul cinta sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang baik dan memberikan yang terbaik bagi anak dan sekolah. Itu saya lakukan disaat honor di salah sekolah swasta dan hingga kini menjadi PNS.
Sripo : Inspirasi seperti apa yang bisa mengubah Anda, yang tadinya kuat ingin menjadi diplomat dan akhirnya menjadi guru? Budiono : Begini, maju atau tidak suatu bangsa itu sangat tergantung dengan pendidikan. Coba lihat kenapa Jepang itu maju, Jerman itu maju karena mereka menomorsatukan dunia pendidikan. Itu karena pendidikan, dan yang paling berperan itu adalah guru sehingga guru itu harus pintar. Mustahil anak akan berhasil kalau gurunya tidak pintar. Dengan pendidikan, indeks pembangunan manusia akan meningkat. Begitu selesai sekolah dan berilmu, anak bisa mencari kerja. Bahkan dengan kepintaran yang dimiliki, justru pekerjaan yang mencari mereka. Contoh, sosok Profesor Dr Ing BJ Habibie. Untuk memotivasi dan membangkitkan rasa percaya diri anak-anak, saya selalu memberikan figur yang dapat menjadi contoh nyata. Misalnya bagaimana sosok idola kita Nabi Muhammad SAW yang dengan keterbatasannya dan posisi yatim-piatunya bisa menjadi tokoh nomor satu berpengaruh di dunia.
Kita juga contohkan Ir Soekarno, Muhammad Hatta, Adam Malik, Profesor Habibie yang semuanya berasal dari keluarga sederhana. Start mereka sama dengan posisi siswa saat ini, mereka berhasil karena rajin belajar dan membaca buku. Informasi dan fakta seperti ini kita sampaikan kepada siswa setiap ada pertemuan. Tujuannya agar mereka termotivasi. Jujur saja, tokoh-tokoh ini juga yang menginspirasi saya. Soekarno itu orangnya gemar membaca, Adam Malik tokoh yang santun, Habibie rajin membaca sehingga mendapat beasiswa sekolah ke Jerman dari Presiden Soekarno. Keberhasilan mereka, menjadi modal bagi saya sebagai seorang guru. Mereka itu orang-orang cerdas dan brilian karena suka membaca. Jadi saya mencontoh mereka. Buku apa saja saya pasti baca dan tidak ada ruginya sehingga memaksimalkan potensi yang ada di diri saya. Sudah barang tentu, menjadi modal untuk mendidik dan menjadi guru yang baik. Saya katakan kepada siswa dan anak-anak, dengan belajar yang tekun, kita bisa menggengam dunia.
Sripo : Banyak cerita yang Anda sampaikan dan titik tekan saya yang menjadi pertanyaan adalah “membaca”. Suksesnya idolah Anda karena mereka rajin membaca, dan itu Anda tiru. Lantas, upaya apa yang dilakukan Anda saat ini, baik sebagai guru maupun kepala sekolah agar anak-anak suka membaca. Pepatah bilang, membaca adalah jendela ilmu. Bagaimana Anda menerapkannya? Budiono : Saya menyadari pentingnya membaca. Untuk itu, setiap sekolah mendapat bantuan Dana Operasional Sekolah, maka yang paling saya dahulukan adalah membeli buku untuk siswa. Dan perlu Sripo ketahui, perpustakaan SMP Negeri 8 adalah model perpustakaan sekolah terbaik untuk Sumsel dan kini menjadi percontohan. Perpustakaan kami memiliki 50 ribu buku dengan delapan ribu judul buku. Bahkan saat ini sudah menjadi perpustakaan digital. Anak-anak bisa mengakses semua keperluannya melalui sistem jaringan komputer yang sudah terpasang di Perpustakaan. Artinya, sejak dari awal ilmu dan tehnologi sudah kami kenalkan kepada siswa. Saya menyadari betul, kelengkapan sarana sekolah bisa mendukung prestasi dan daya mampu siswa. Untuk itu diperlukan sarana pendukung mulai dari SDM guru, kelengkapan sekolah.
Sripo : Secara internal, selaku kepala sekolah dan tentunya sebagai guru, Anda sudah melakukan banyak hal. Mulai memberikan motivasi kepada siswa sampai menyediakan buku dan kegiatan ekstra. Apa ada upaya lain yang dilakukan untuk membangkitkan motivasi siswa? Budiono : Ada, kami selalu memberikan sesuatu yang baru kepada siswa setiap bulan. Misalnya mengikutsertakan anak-anak di berbagai perlombaan di luar sekolah. Dan Alhamdulillah. anak-anak berhasil dan selalu menjuarai setiap perlombaan dan pertandingan baik tingkat kota maupun proivinsi. Untuk empat tahun terakhir ini, kita mengkoleksi 279 tropi, seperti juara II lomba cipta Puisi 2009, juara umum kejuaraan pencak silat HIMSI, dan penghargaan lainnya dibi-dang sains dan tehnologi. Untuk tampilan sekolah, SMP Negeri 8 menjadi juara I lomba Sekolah Sehat 2009 untuk tingkat provinsi dan di Nasional, Perpustakaan Sekolah Terbaik dan lain-lain. Prestasi ini secara otomatis memberikan support dan rasa bangga pada diri siswa dan guru sehingga termotivasi untuk memberikan yang terbaik, terbaik dan terbaik. Semangat itu sudah tumbuh, sehingga saya hanya bertugas mengarahkan dan memfasilitasinya. Seperti saya katakan tadi, ada semangat tanpa sarana pendukung itu percuma saja.
Sripo : Visi dan misi Anda jelas saya sudah ketahui, tetapi tidak mudah untuk mengaplikasikanya. Terlebih, di Sekolah ini banyak guru yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Bagaimana Anda menyakinkan guru dan siswa untuk bisa seperti ini, dan strategis seperti apa yang diterapkan? Budiono : Kalau bicara metode atau strategi, sebenarnya tidak ada sesuatu yang baru. Hanya saja, saya mencoba lebih mengkongkritkan tugas saya sebagai guru. Guru itu mengajar, pendidik dan melatih. Sebagai guru saya mengajar, yakni mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Artinya, guru harus pintar. Kunci pintar, harus membaca buku dari berbagai literatur secara komferensif. Kedua guru itu harus mendidik dengan titik golnya mengubah perilaku. Supaya perilaku anak didik itu bagus, maka harus dimulai dari gurunya dahulu dengan menujukan perilaku yang terpuji sehingga siswa mencontoh. Ketiga, tugas guru itu melatih. Melatih bagaimana anak itu hormat kepada orang tua, guru, menjaga kebersihan sekolah dan tempat tinggal, membuang sampah pada tempatnya. Intinya melatih mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi baik. Semua itu dilakukan terus menerus. Terbukti, situasi SMP Negeri 8 kondusif dan bersih. Bahkan SMP Negeri 8 Juara I Lomba Sekolah Sehat 2010 untuk tingkat provinsi dan kini mewakili Sumsel di ajang Lomba Sekolah Sehat 2010 tingkat nasional. Alhamdulillah, guru satu visi dengan tiga tugas ini sehingga saat dilaksanakan tidak ada kendala.
Sripo : Dengan keberhasilan saat ini, apa Anda masih berminat untuk menjadi diplomat? Keluar negeri dan berkomunikasi dengan masyarakat dunia mengenal Indonesia dan Sumsel? Budiono : Tidaklah, saya sudah terlanjur cinta dengan profesi guru dan anak-anak. Tapi, Allah SWT itu maha mengetahui dan adil. Ternyata, jadi guru itu juga bisa keliling dunia dengan cara gratis. Saya bisa ke Jepang, Taiwan dan Filipina di 2000 yang dibiayai The Japan Foundation. Tahun 2006-2007 saya kembali berangkat ke Malaysia, Singapura dan Thailand dibiayai Universitas Sriwijaya. Bahkan di akhir 2007, Departemen Pendidikan Nasional RI memberikan kesempatan kepada saya untuk ke Australia sebagai bentuk penghargaan sebagai Juara III Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional. Tahun 2009 lalu, Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin SH memberikan kesempatan kepada saya untuk berangkat ke Tanah Suci (Arab Saudi) untuk menunaikan ibadah haji karena ditetapkan sebagai kepala sekolah teladan tingkat provinsi. Apa yang saya rasakan dan dapatkan, insya’allah akan dirasakan juga oleh guru-guru lainnya di Sumsel. Itu yang selalu saya doakan. *** Yakin Indonesia Lebih Maju
Indonesia tidak hanya kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), tetapi juga kaya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sehingga bisa sejajar dengan bangsa lain di dunia. Asalkan saja, pemerintah memilki skala prioritas terhadap dunia pendidikan dan berkomitmen tinggi. Komitmen itu diuji Drs Budiono Marihan MSi dengan membentuk kelas akselerasi dua lokal secara swadana dengan biaya lebih murah melibatkan orang tua murid, dibandingkan kelas akselerasi sekolah swata di Sumsel. “Alhamdulillah, tahun pertama siswa kita lulus 100 persen,” kayanya.
Bahkan di tahun 2010 ini, kendati nilai UN SLTP belum diumumkan, 75 persen siswa akselerasi SMP Negeri 8 sudah diterima di SMA unggulan di Palembang. “Artinya, kalau kita memiliki komitmen dan didukung semua pihak sekolah dan wajah pendidikan kita bisa maju, dan saya yakin Indonesia bisa. Begitu juga Sumsel dan Palembang,” kata Drs Budiono Marihan MSi kepada Sripo, Sabtu (1/5) kemarin.
Komitmen dan kemauan itu, kata Budiono, harus tertuang dengan alokasi anggaran pendidikan di APBN dan APBD harus mendapat porsi yang besar. Memang diakui, membangun dunia pendidikan tidak bisa diukur dalam dua atau tiga tahun kedepan, tetapi investasi jangka panjang. Berbeda dengan membangun gedung. “Jepang yang hancur di Bom Amerika, ia bangkit dan mengirimkan anak-anaknya sekolah ke luar negeri. Dalam hitungan 10-15 tahun, kini Jepang raja Asia, disusul China.
“Saya sangat yakin, kita bisa. Kita memiliki tokoh yang disegani di dunia dan masyarakat internasional di masa lampau,” katanya. Karenanya, sebagai guru, papar Budiono, ia selalu memesankan kepada anak-anak untuk selalu berbuat dan memberi kebaikan terhadap sesama dan meninggalkan sesuatu yang bisa dikenang.(sin) Biodata Drs Budiono Marihan MSi Lahir : Palembang, 10 Desember 1962 Status : Menikah/tiga anak Pekerjaan : Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Palembang Pendidikan : 3 SD Negeri 23 Palembang (1973) 3 SMP Muhammadiyah 1 Palembang (1977) 3 SMA Negeri 1 Palembang (1981) 3 Diploma I Unsri (1982) 3 Strata I IAIN Raden Fatah (1990) 3 S2 Unsri (2008) Penghargaan 3 Peserta tes terbaik Prestasi Nasional (1986) 3 Juara I Lomba karya tulis Lingkungan Hidup Sumsel (1995) 3 Guru Teladan I kota Palembang (1998) 3 Guru Teladan I Provinsi Sumsel (1998) 3 Guru Teladan 2 Nasional (1998) 3 Kepala Sekolah Berprestasi 1 Palembang (2007) 3 Kepala sekolah Berprestasi 1 Sumsel (2007) 3 Kepala sekolah Berprestasi 3 Nasional (2007) 3 Instruktur Diklat kepala Sekolah Tingkat Nasional (2009-sekarang) 3 Tim Penilai Buku Pelajaran (1999-sekarang) 3 Tim Pengembangan Kurikulum Sumsel (1994-sekarang) alamat Kantor : Jl Urip Sumoharjo No 971 Tlp 710057
Lantaran faktor ekonomi karena orangtua hanya seorang guru yang identik dengan gaji kecil, keinginan menjadi diplomat itu kandas. Budiono tidak kecil hati, ia tetap melanjutkan pendidikannya dengan masuk ke Diploma I Universitas Sriwijaya untuk program guru. Kendati gagal jadi Diplomat, namun Budiono masih bisa keliling dunia, sepertinya halnya seorang diplomat. Lantas, bagaimana kiat sukses Budiono meniti karir dari nol sebagai guru honorer dan kini menjadi guru yang sukses di bidangnya? Berikut wawancara dengan wartawan Sripo, Muhammad Husin pada edisi minggu ini.
Sripo : Apa betul, menjadi guru itu merupakan cita-cita sejak kecil. Karena dari sumber dan biodata tentang Anda, disebutkan ada keinginan ingin menjadi seorang diplomat sampai-sampai mengidolakan H Adam Malik, Henry Alfred Kissinger, Ir Soekarno, Muhammad Hatta dan Prof Dr Ing HJ Habibie? Budiono : Betul, cita-cita utama saya ingin jadi diplomat karena ingin melihat dunia, komunikasi dengan seluruh bangsa sehingga kita bagian dari dunia.
Jujur, keinginan ini muncul begitu saya melihat sosok H Adam Malik sebagai diplomat ulung Indonesia dan Menteri Luar Negeri Amerika Henry Alfred Kissinger di 1970-an. Waktu itu usia saya delapan tahun dan saya suka baca koran. Saking kuat ingin jadi diplomat, saya belajar dengan tekun.
Lumayan mulai dari SD sampai SMA, saya juara kelas dan sudah diterima di UGM Fakultas FISIP yang menjadi jalan untuk menjadi diplomat. Namun karena faktor ekonomi keluarga waktu itu, saya tidak bisa ke UGM. Dari pada tidak kuliah, saya ambil diploma guru di Unsri karena saat itu ada ikatan dinas. Sejak itu, kandas jadi diplomat dan beralih menjadi guru. Memang berat jagi guru karena memang bukan cita-cita awal, apalagi kesannya penerus profesi kedua orang tua yang guru juga. Namun setelah ditekuni, lama-kelamaan ternyata nkmat jadi guru. Betapa tidak, setiap hari bertemu dengan bermacam-macam prilaku anak. Ada yang pintar, ada yang terbatas kepintarannya. Ada juga yang baik, tetapi disisi lain ada juga anak yang nakal dan bandel. Dengan aneka perangai itu, timbul rasa sayang dan suka kepada anak-anak sebagai sosok manusia yang unik dan memiliki potensi untuk dikembangkan dan diarahkan. Bahkan, kalau saya tidak masuk sekolah, ada sesuatu yang hilang dan timbul cinta sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang baik dan memberikan yang terbaik bagi anak dan sekolah. Itu saya lakukan disaat honor di salah sekolah swasta dan hingga kini menjadi PNS.
Sripo : Inspirasi seperti apa yang bisa mengubah Anda, yang tadinya kuat ingin menjadi diplomat dan akhirnya menjadi guru? Budiono : Begini, maju atau tidak suatu bangsa itu sangat tergantung dengan pendidikan. Coba lihat kenapa Jepang itu maju, Jerman itu maju karena mereka menomorsatukan dunia pendidikan. Itu karena pendidikan, dan yang paling berperan itu adalah guru sehingga guru itu harus pintar. Mustahil anak akan berhasil kalau gurunya tidak pintar. Dengan pendidikan, indeks pembangunan manusia akan meningkat. Begitu selesai sekolah dan berilmu, anak bisa mencari kerja. Bahkan dengan kepintaran yang dimiliki, justru pekerjaan yang mencari mereka. Contoh, sosok Profesor Dr Ing BJ Habibie. Untuk memotivasi dan membangkitkan rasa percaya diri anak-anak, saya selalu memberikan figur yang dapat menjadi contoh nyata. Misalnya bagaimana sosok idola kita Nabi Muhammad SAW yang dengan keterbatasannya dan posisi yatim-piatunya bisa menjadi tokoh nomor satu berpengaruh di dunia.
Kita juga contohkan Ir Soekarno, Muhammad Hatta, Adam Malik, Profesor Habibie yang semuanya berasal dari keluarga sederhana. Start mereka sama dengan posisi siswa saat ini, mereka berhasil karena rajin belajar dan membaca buku. Informasi dan fakta seperti ini kita sampaikan kepada siswa setiap ada pertemuan. Tujuannya agar mereka termotivasi. Jujur saja, tokoh-tokoh ini juga yang menginspirasi saya. Soekarno itu orangnya gemar membaca, Adam Malik tokoh yang santun, Habibie rajin membaca sehingga mendapat beasiswa sekolah ke Jerman dari Presiden Soekarno. Keberhasilan mereka, menjadi modal bagi saya sebagai seorang guru. Mereka itu orang-orang cerdas dan brilian karena suka membaca. Jadi saya mencontoh mereka. Buku apa saja saya pasti baca dan tidak ada ruginya sehingga memaksimalkan potensi yang ada di diri saya. Sudah barang tentu, menjadi modal untuk mendidik dan menjadi guru yang baik. Saya katakan kepada siswa dan anak-anak, dengan belajar yang tekun, kita bisa menggengam dunia.
Sripo : Banyak cerita yang Anda sampaikan dan titik tekan saya yang menjadi pertanyaan adalah “membaca”. Suksesnya idolah Anda karena mereka rajin membaca, dan itu Anda tiru. Lantas, upaya apa yang dilakukan Anda saat ini, baik sebagai guru maupun kepala sekolah agar anak-anak suka membaca. Pepatah bilang, membaca adalah jendela ilmu. Bagaimana Anda menerapkannya? Budiono : Saya menyadari pentingnya membaca. Untuk itu, setiap sekolah mendapat bantuan Dana Operasional Sekolah, maka yang paling saya dahulukan adalah membeli buku untuk siswa. Dan perlu Sripo ketahui, perpustakaan SMP Negeri 8 adalah model perpustakaan sekolah terbaik untuk Sumsel dan kini menjadi percontohan. Perpustakaan kami memiliki 50 ribu buku dengan delapan ribu judul buku. Bahkan saat ini sudah menjadi perpustakaan digital. Anak-anak bisa mengakses semua keperluannya melalui sistem jaringan komputer yang sudah terpasang di Perpustakaan. Artinya, sejak dari awal ilmu dan tehnologi sudah kami kenalkan kepada siswa. Saya menyadari betul, kelengkapan sarana sekolah bisa mendukung prestasi dan daya mampu siswa. Untuk itu diperlukan sarana pendukung mulai dari SDM guru, kelengkapan sekolah.
Sripo : Secara internal, selaku kepala sekolah dan tentunya sebagai guru, Anda sudah melakukan banyak hal. Mulai memberikan motivasi kepada siswa sampai menyediakan buku dan kegiatan ekstra. Apa ada upaya lain yang dilakukan untuk membangkitkan motivasi siswa? Budiono : Ada, kami selalu memberikan sesuatu yang baru kepada siswa setiap bulan. Misalnya mengikutsertakan anak-anak di berbagai perlombaan di luar sekolah. Dan Alhamdulillah. anak-anak berhasil dan selalu menjuarai setiap perlombaan dan pertandingan baik tingkat kota maupun proivinsi. Untuk empat tahun terakhir ini, kita mengkoleksi 279 tropi, seperti juara II lomba cipta Puisi 2009, juara umum kejuaraan pencak silat HIMSI, dan penghargaan lainnya dibi-dang sains dan tehnologi. Untuk tampilan sekolah, SMP Negeri 8 menjadi juara I lomba Sekolah Sehat 2009 untuk tingkat provinsi dan di Nasional, Perpustakaan Sekolah Terbaik dan lain-lain. Prestasi ini secara otomatis memberikan support dan rasa bangga pada diri siswa dan guru sehingga termotivasi untuk memberikan yang terbaik, terbaik dan terbaik. Semangat itu sudah tumbuh, sehingga saya hanya bertugas mengarahkan dan memfasilitasinya. Seperti saya katakan tadi, ada semangat tanpa sarana pendukung itu percuma saja.
Sripo : Visi dan misi Anda jelas saya sudah ketahui, tetapi tidak mudah untuk mengaplikasikanya. Terlebih, di Sekolah ini banyak guru yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Bagaimana Anda menyakinkan guru dan siswa untuk bisa seperti ini, dan strategis seperti apa yang diterapkan? Budiono : Kalau bicara metode atau strategi, sebenarnya tidak ada sesuatu yang baru. Hanya saja, saya mencoba lebih mengkongkritkan tugas saya sebagai guru. Guru itu mengajar, pendidik dan melatih. Sebagai guru saya mengajar, yakni mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Artinya, guru harus pintar. Kunci pintar, harus membaca buku dari berbagai literatur secara komferensif. Kedua guru itu harus mendidik dengan titik golnya mengubah perilaku. Supaya perilaku anak didik itu bagus, maka harus dimulai dari gurunya dahulu dengan menujukan perilaku yang terpuji sehingga siswa mencontoh. Ketiga, tugas guru itu melatih. Melatih bagaimana anak itu hormat kepada orang tua, guru, menjaga kebersihan sekolah dan tempat tinggal, membuang sampah pada tempatnya. Intinya melatih mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi baik. Semua itu dilakukan terus menerus. Terbukti, situasi SMP Negeri 8 kondusif dan bersih. Bahkan SMP Negeri 8 Juara I Lomba Sekolah Sehat 2010 untuk tingkat provinsi dan kini mewakili Sumsel di ajang Lomba Sekolah Sehat 2010 tingkat nasional. Alhamdulillah, guru satu visi dengan tiga tugas ini sehingga saat dilaksanakan tidak ada kendala.
Sripo : Dengan keberhasilan saat ini, apa Anda masih berminat untuk menjadi diplomat? Keluar negeri dan berkomunikasi dengan masyarakat dunia mengenal Indonesia dan Sumsel? Budiono : Tidaklah, saya sudah terlanjur cinta dengan profesi guru dan anak-anak. Tapi, Allah SWT itu maha mengetahui dan adil. Ternyata, jadi guru itu juga bisa keliling dunia dengan cara gratis. Saya bisa ke Jepang, Taiwan dan Filipina di 2000 yang dibiayai The Japan Foundation. Tahun 2006-2007 saya kembali berangkat ke Malaysia, Singapura dan Thailand dibiayai Universitas Sriwijaya. Bahkan di akhir 2007, Departemen Pendidikan Nasional RI memberikan kesempatan kepada saya untuk ke Australia sebagai bentuk penghargaan sebagai Juara III Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional. Tahun 2009 lalu, Gubernur Sumsel Ir H Alex Noerdin SH memberikan kesempatan kepada saya untuk berangkat ke Tanah Suci (Arab Saudi) untuk menunaikan ibadah haji karena ditetapkan sebagai kepala sekolah teladan tingkat provinsi. Apa yang saya rasakan dan dapatkan, insya’allah akan dirasakan juga oleh guru-guru lainnya di Sumsel. Itu yang selalu saya doakan. *** Yakin Indonesia Lebih Maju
Indonesia tidak hanya kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), tetapi juga kaya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sehingga bisa sejajar dengan bangsa lain di dunia. Asalkan saja, pemerintah memilki skala prioritas terhadap dunia pendidikan dan berkomitmen tinggi. Komitmen itu diuji Drs Budiono Marihan MSi dengan membentuk kelas akselerasi dua lokal secara swadana dengan biaya lebih murah melibatkan orang tua murid, dibandingkan kelas akselerasi sekolah swata di Sumsel. “Alhamdulillah, tahun pertama siswa kita lulus 100 persen,” kayanya.
Bahkan di tahun 2010 ini, kendati nilai UN SLTP belum diumumkan, 75 persen siswa akselerasi SMP Negeri 8 sudah diterima di SMA unggulan di Palembang. “Artinya, kalau kita memiliki komitmen dan didukung semua pihak sekolah dan wajah pendidikan kita bisa maju, dan saya yakin Indonesia bisa. Begitu juga Sumsel dan Palembang,” kata Drs Budiono Marihan MSi kepada Sripo, Sabtu (1/5) kemarin.
Komitmen dan kemauan itu, kata Budiono, harus tertuang dengan alokasi anggaran pendidikan di APBN dan APBD harus mendapat porsi yang besar. Memang diakui, membangun dunia pendidikan tidak bisa diukur dalam dua atau tiga tahun kedepan, tetapi investasi jangka panjang. Berbeda dengan membangun gedung. “Jepang yang hancur di Bom Amerika, ia bangkit dan mengirimkan anak-anaknya sekolah ke luar negeri. Dalam hitungan 10-15 tahun, kini Jepang raja Asia, disusul China.
“Saya sangat yakin, kita bisa. Kita memiliki tokoh yang disegani di dunia dan masyarakat internasional di masa lampau,” katanya. Karenanya, sebagai guru, papar Budiono, ia selalu memesankan kepada anak-anak untuk selalu berbuat dan memberi kebaikan terhadap sesama dan meninggalkan sesuatu yang bisa dikenang.(sin) Biodata Drs Budiono Marihan MSi Lahir : Palembang, 10 Desember 1962 Status : Menikah/tiga anak Pekerjaan : Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Palembang Pendidikan : 3 SD Negeri 23 Palembang (1973) 3 SMP Muhammadiyah 1 Palembang (1977) 3 SMA Negeri 1 Palembang (1981) 3 Diploma I Unsri (1982) 3 Strata I IAIN Raden Fatah (1990) 3 S2 Unsri (2008) Penghargaan 3 Peserta tes terbaik Prestasi Nasional (1986) 3 Juara I Lomba karya tulis Lingkungan Hidup Sumsel (1995) 3 Guru Teladan I kota Palembang (1998) 3 Guru Teladan I Provinsi Sumsel (1998) 3 Guru Teladan 2 Nasional (1998) 3 Kepala Sekolah Berprestasi 1 Palembang (2007) 3 Kepala sekolah Berprestasi 1 Sumsel (2007) 3 Kepala sekolah Berprestasi 3 Nasional (2007) 3 Instruktur Diklat kepala Sekolah Tingkat Nasional (2009-sekarang) 3 Tim Penilai Buku Pelajaran (1999-sekarang) 3 Tim Pengembangan Kurikulum Sumsel (1994-sekarang) alamat Kantor : Jl Urip Sumoharjo No 971 Tlp 710057
0 komentar:
Posting Komentar